Eits, ini bukan Apple Park di California, Amerika. Tapi ini Baitul Hikmah atau The House of Wisdom di Baghdad. Mungkin sekilas agak mirip ya gambaran infrastrukturnya antara Apple Park dan Baitul Hikmah, secara fungsi juga Apple Park tempat berkumpulnya para ilmuwan dan juga Baitul Hikmah pun sama tempat berkumpulnya para ilmuwan dan cendikiawan.
Baitul Hikmah atau perpustakaan terbesar itu dibangun akhir abad ke-8 di zaman Abbasid/Abbasiyyah. Dan isi perpustakaan ini memiliki ratusan ribu buku dari berbagai penjuru dunia yang ditulis dengan tangan (steno Arab dan jenis penulisan lainnya).
Saat itu dimulai oleh Kholifah Al-Mansur kemudian diteruskan Kholifah Harun Ar-Rosyid membayar mahal untuk membangun Baitul Hikmah menjadi pusat peradaban ilmu Islam yang menjadikan waktu itu adalah zaman keemasan Islam.
Bayangkan Baitul Hikmah melahirkan ilmuwan dan cendikiawan tersohor di dunia. Mulai Al-Khowarizmi (penemu aljabar) yang namanya menjadi Al-Ghoritma/Alghoritm, lalu ada Al-Biruni, Ibnu Sina (bapak kedokteran), Ibnul Haitam (bapak optik modern dan penemu kamera pinhole) dan masih banyak lagi, dan mereka pun sampai sekarang tidak pernah dapat Nobel. Walau Nobel pertama diselenggarakan di tahun 1901.
Bahkan saking beraninya Harun Ar Rosyid berani membayar mahal mendatangkan ilmuwan dari dalam ataupun dari luar wilayah kekuasaannya. Kesejahteraan polimatik saat itu bisa dibilang kekayaannya seperti Messi saat ini. Karna ada masa di mana seorang translator dibayar dengan emas setara berat buku yang dibayarkan. Menakjubkan bukan? bila buku yang ingin dia baca seberat 2 kilo. Maka si pembaca harus mengeluarkan emas seberat 2 kilo juga kepada penerjemah buku yang ingin dia baca. Ilmu sangat mahal sekali saat itu.
Namun sayang beribu sayang, Baghdad habis diserang Hulagu Khan (Mongol) tahun 1258. Buku-buku di Baitul Hikmah dimusnahkan, bayangkan Sungai Tigris saat itu airnya berubah menjadi hitam karna tinta dari lembaran buku yang hanyut di sungai. Kalau tidak salah zaman itu ada ulama yang menulis hampir 800an jilid di dalam Baitul Hikmah. Dan yang bisa diselamatkan hanya beberapa jilid saja.
Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyyah dan Dinasti Ottoman. Hanya 3 zaman keemasan Islam berjaya dari sisi sains dan teknologi. Setelah itu berlanjut ke Eropa. Walau banyak kritikan terhadap peradaban 3 zaman itu.
Semoga ini menjadi renungan kita sebelum bonus demografi kita habis dilahap waktu, tahun 2030 Indonesia akan kedapatan bonus demografi pemuda. Jadi indeks tahun 2030 akan banyak para pemuda yang hidup di waktu mendatang. Cuma pertanyaannya mereka ngapain? Yuuk kita ajak pemuda-pemuda muslim mencintai Ilmu.